Yandex Dijual Murah ke Investor Rusia, Nilainya Anjlok Gara-Gara Perang Rusia-Ukraina

Read Time:2 Minute, 3 Second

warriorweeknow, Jakarta – Yandex, web browser Rusia yang sering disebut sebagai Google-nya Rusia, telah berganti kepemilikan. Menurut informasi yang diungkapkan BBC, pemilik Yandex memutuskan untuk meninggalkan negaranya.

Mengutip BBC, Jumat (9/2/2024), Yandex dimiliki oleh perusahaan induk yang berbasis di Belanda. Perusahaan menjual operasi Yandex di Rusia seharga 475 miliar rubel atau USD 5,2 miliar. Nilainya lebih rendah dari perkiraan nilai pasar.

Yandex kemudian dijual ke konsorsium investor. Artinya, bisnis Yandex di Rusia kini sepenuhnya dimiliki oleh entitas yang berbasis di Rusia.

Perusahaan tersebut sebelumnya dituduh menyembunyikan informasi tentang perang Rusia dan Ukraina dari publik Rusia. Pemerintah negara tersebut juga menyambut baik perjanjian tersebut, dengan mengatakan bahwa perjanjian tersebut merupakan hasil perundingan selama lebih dari 18 bulan.

“Inilah yang ingin kami capai bertahun-tahun lalu, ketika Yandex diancam akan diambil alih oleh raksasa Internet Barat,” kata Anton Gorelkin, wakil ketua Komite Kebijakan Informasi Parlemen Rusia.

Menurutnya, Yandex lebih dari sekadar perusahaan, tetapi merupakan aset seluruh masyarakat Rusia.

Sekadar informasi, Yandex didirikan pada akhir tahun 1900-an saat booming dotcom. Yandex mengembangkan mesin pencari, pemetaan bisnis, dan periklanannya sendiri. Yandex juga memiliki layanan taksi dan pengiriman makanan.

Sedangkan untuk penjualan Yandex, nilai akuisisi sebesar USD 5,2 miliar diyakini lebih rendah dibandingkan nilai pasar Yandex pada tahun 2021 yang diperkirakan sebesar USD 30 miliar.

Meskipun sering dianggap sebagai Google-nya Rusia, Yandex tidak terkait dengan Alphabet atau Google.

Dalam perkembangannya, sejak invasi Rusia ke Ukraina, banyak bisnis milik asing yang memutuskan keluar dari Rusia. Bisnis milik asing ini menjual properti dengan persyaratan yang tidak menguntungkan.

Bahkan, Presiden Rusia Vladimir Putin pernah memerintahkan penyitaan aset merek Barat seperti Danone dan Carlsberg.

Menanggapi Yandex, salah satu pendirinya, Arkady Voloz, menjadi satu dari sedikit pengusaha yang menentang invasi Rusia ke Ukraina. Dia juga meninggalkan Yandex pada tahun 2022.

Voloz sebelumnya dikenai sanksi Uni Eropa pada tahun 2022, yang menuduh Yandex bertanggung jawab mempromosikan media dan narasi Rusia dalam hasil pencariannya.

Yandex juga dituduh menurunkan peringkat dan menghapus konten yang kritis terhadap pemerintah Rusia, seperti konten terkait perang agresi Rusia terhadap Ukraina.

Kini Volos mencoba menggunakan Pengadilan Uni Eropa untuk menghapus pembatasan tersebut. Dia juga membantah klaim bahwa dirinya dekat dengan presiden Rusia.

Untuk memenuhi tuntutan pemerintah Rusia atas kontennya, Yandex menjual sebagian sumber daya onlinenya ke saingannya yang dikendalikan negara, VK, pada akhir tahun 2022.

Meski Yandex mendeklarasikan independensinya dari pihak berwenang, eksperimen yang dilakukan BBC Monitoring pada tahun 2022 menunjukkan bahwa hasil penelusuran mereka tidak menunjukkan kekejaman Rusia di kota Bucha, Ukraina.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Minat Properti di Cilegon Tinggi, Begini Strategi Pengembang
Next post Mengejutkan Partikel Terlarang yang Bisa Saling Tarik Menarik Ditemukan