Indonesia Luncurkan Program Eco-Industrial Park untuk Pacu Keberlanjutan Industri

Read Time:5 Minute, 2 Second

warriorweeknow, Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memperkenalkan konsep Eco-Industrial Park (EIP) sebagai solusi untuk mencapai pembangunan inklusif dan berkelanjutan.

Taman eko-industri tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, tetapi juga aspek lingkungan, sosial, dan efisiensi sumber daya. Dengan fokus ini, Indonesia diharapkan dapat mencapai tujuan net zero emisi pada tahun 2050.

Doddy Rahadi, pakar iklim usaha dan investasi Kementerian Perindustrian, mengatakan di tengah perlambatan perekonomian global, Indonesia telah mencapai pertumbuhan ekonomi yang stabil, terutama di sektor manufaktur.

“Pencapaian positif ini merupakan hasil kerja keras seluruh pihak yang terlibat dalam industri berkendara di Indonesia,” kata Doddy. Selain itu, pengembangan kawasan industri ramah lingkungan menjadi fokus utama untuk meningkatkan investasi dan daya saing Indonesia. Pernyataan resmi, Kamis (14/3/2024).

Pada tanggal 6 Maret 2024, acara final Global Ecological Industrial Park Program – Indonesia (GEIPP-Indonesia) menandatangani kontrak tahap pertama dan meluncurkan tahap kedua, yang menjadi pendorong utama keberlanjutan ekonomi dan lingkungan Indonesia. Hal ini merupakan wujud nyata hasil kerja sama Kementerian Perindustrian dengan United Nations Industrial Development Organization (UNIDO) serta Kedutaan Besar Federal Swiss.

“Kami sangat berterima kasih atas kemitraan yang telah menyelenggarakan program GEIPP sejak tahun 2019 hingga saat ini,” kata Doddy. “Acara ini menandai berakhirnya program tahap pertama dan awal program tahap kedua.”

Dikatakannya, Indonesia merupakan salah satu negara pilot project GEIPP UNIDO. Berdasarkan hasil GEIPP tahap pertama pada acara final GEIPP di Wina pada 7 November 2023 dibandingkan dengan tujuh negara usulan. Indonesia memiliki tata kelola regional dan kinerja sosial terbaik.

“Membangun lingkungan industri merupakan fokus utama investasi dan daya saing Indonesia,” ujarnya.

Namun, pada tahap kedua, akan ada peningkatan fokus pada aspek lingkungan dan ekonomi. Selain penambahan dua kawasan industri pilot project, Kementerian Perindustrian juga akan mendirikan pusat EIP di gedung PIDI 4.0 Jakarta pada tahap kedua. Hal ini menunjukkan komitmen untuk memimpin dengan memberi contoh dalam penerapan EIP.

“Kehadiran perwakilan kawasan industri dan tenant pada acara ini merupakan bukti nyata komitmen kita bersama dalam mengedepankan pembangunan industri ramah lingkungan,” imbuhnya.

Doddy menegaskan, Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Keputusan Menteri Nomor 3174 Tahun 2022 tentang Forum Antar Kementerian untuk mendukung penerapan EIP di Indonesia. Forum ini bertujuan untuk mengembangkan konsep EIP untuk lokasi industri dan memberikan panduan kepada pemangku kepentingan dalam merancang lokasi industri yang ramah lingkungan.

“Menteri akan mendorong keputusan ini untuk diangkat menjadi peraturan menteri untuk menjadi petunjuk teknis penerapan EIP,” ujarnya.

Doddy optimis melalui kerja sama lintas sektor dan dukungan pemerintah serta lembaga internasional, Indonesia akan mempercepat pengembangan EIP. “Program GEIPP ini akan memberikan kontribusi positif yang penting bagi pembangunan industri berkelanjutan di Indonesia sejalan dengan komitmen Kontribusi Nasional (NDC) Indonesia pada Perjanjian Paris,” tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyiapkan anggaran sebesar Rp 20 miliar pada tahun 2024 untuk melaksanakan program rehabilitasi mesin atau peralatan pada industri makanan dan minuman (Mamin) guna meningkatkan daya saing, produktivitas, dan energi. Efisiensi.

Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Penyegar Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Merrijantij Panguan Pintaria mengungkapkan, pengalokasian anggaran saat ini terkendala regulasi yang belum diumumkan.

“Sebenarnya ada alokasi anggaran sebesar Rp 20 miliar untuk makanan dan minuman tahun ini, namun terkendala kerangka hukum yang belum diundangkan. Kuartal I masih kita upayakan, jadi Desember nanti kita capai,” kata Merijantij kepada wartawan di Jakarta Selatan, Rabu (13/3/2024) dengan topik “Kinerja Industri Minuman Tahun 2023, Serta Peluangnya dan Tantangan Tahun 2024″. Di resepsi.

Sementara itu, dia menjelaskan, program restrukturisasi kendaraan distribusi berencana memberikan mekanisme subsidi atau pengembalian dana pemerintah kepada para profesional di bidang makanan dan minuman.

Selain itu, belajar dari program serupa yang telah dilakukan sebelumnya di industri lain, seperti industri hasil hutan dan tanaman, serta pengolahan kayu, Kementerian Perindustrian akan melakukan penataan mesin atau peralatan bagi 20 perusahaan industri makanan dan minuman.

“Targetkan 20 perusahaan, 10 perusahaan minuman, 10 perusahaan makanan, tergantung nilai pengembaliannya. Karena masih berproses, maka kompensasi tertinggi diberikan pada industri pengolahan kayu, seperti pada industri kehutanan dan hasil pertanian. Rp 1 hanya satu miliar dolar,” ujarnya.

Namun jika permintaan di industri makanan dan minuman lebih rendah dari perkiraan, maka jumlah perusahaan penerima manfaat akan kembali disesuaikan.

“Targetnya 20, tapi kalau ganti ruginya kurang dari Rp 1 miliar, dan biaya industrinya tidak terlalu besar, kita bisa membidik lebih dari 20 perusahaan,” tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan industri minuman masih bergantung pada bahan baku impor. Di saat yang sama, Kemenperin juga berupaya memastikan industri minuman menggunakan bahan baku lokal.

Direktur Industri Minuman, Produk dan Inovasi Kementerian Perindustrian Merijantij Pangguan Pintaria mengatakan, saat ini sektor industri minuman masih sangat bergantung pada bahan baku impor.

Namun, dia tidak membeberkan sejauh mana industri minuman bergantung pada bahan baku impor.

“Industri minuman sangat bergantung pada bahan baku impor,” kata Merrijantij pada Pameran Industri Minuman 2023 dan Konferensi Pengumuman Kompetisi 2024 yang digelar di Hotel Mercury Jakarta, Rabu (13/3/2024).

Faktanya, pemerintah telah menerbitkan peraturan mengenai standar komponen dalam negeri (TKDN) di berbagai sektor industri. Untuk industri minuman, Kementerian Perindustrian menargetkan penggunaan bahan baku tingkat komponen dalam negeri (TKDN) sebesar 25%.

“Kami berupaya memastikan bahan baku ini bersumber dari dalam negeri untuk industri minuman,” katanya.

Ketua Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM), Triano Prijocecillo, mengatakan ketergantungan penggunaan bahan baku impor disebabkan oleh harga yang lebih murah dibandingkan produk lokal. Salah satunya gula atau pemanis buatan.

“Bahan yang kami gunakan sebagian besar lokal, namun ada yang harus impor, salah satunya gula murah,” ujarnya.

Selain itu, pasokan bahan baku dalam negeri juga masih belum siap untuk menunjang produksi industri minuman. Misalnya saja hadirnya buah rumahan pada minuman jus kemasan.

“Seperti mangga, kami tidak selalu punya, dan butuh waktu 12 bulan untuk memproduksinya,” ujarnya.

Kendala lain yang dihadapi pelaku industri minuman adalah terbatasnya ketersediaan kemasan aluminium. Jadi, industri masih membutuhkan kemasan dari negara lain.

“Kalau aluminium atau plastik, ada yang perlu diimpor, dan upaya nyata kami adalah tetap mendapatkan bahan baku tersebut dari dalam negeri, tetapi ada persaingan,” ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya mengandalkan bantuan pemerintah untuk menyiapkan berbagai bahan baku lokal untuk menggantikan impor oleh industri minuman. Sehingga dapat mengurangi impor bahan baku yang masih banyak diimpor.

Saya juga berharap mendapat dukungan dari pemerintah agar kita bisa terus berproduksi seperti dulu,” ujarnya.

Pertanyaan: Sulaiman

Sumber: Merdeka.com

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Sri Mulyani Beberkan Kronologi Penyusunan APBN 2024 di Hadapan MK
Next post