Dokter Ungkap Alasan Osteoporosis Sering Disebut Silent Killer

Read Time:1 Minute, 42 Second

warriorweeknow, JAKARTA — Ketua Persatuan Osteoporosis Indonesia (Perosi) Dr. Dr. Tirza Z. Tamim Sp. K.F.R mengatakan, masyarakat harus mewaspadai penyebab osteoporosis karena merupakan silent killer dan seringkali tidak terasa gejalanya.

Gejala ini silent, kadang tidak ada gejala, jadi harus selalu ‘tahu’ gejalanya, misalnya ada nyeri di persendian, di tulang belakang, yang jelas ada patah tulang, kata Tirza. dari Kesehatan. Diskusi Pencegahan Osteoporosis Bersama Anneline di Jakarta pada Kamis (5/4/2024).

Osteoporosis atau pengeroposan tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah patah karena rongga di dalamnya bertambah.

Tirza mengatakan, pembesaran tulang dapat menyebabkan perubahan struktur seperti retakan dan tulang belakang bengkok, penurunan tinggi badan atau skoliosis.

“Perubahan bentuk tulang akibat patah tulang belakang, skoliosis, badan bungkuk, penurunan tinggi badan, itu gejala osteoporosis,” jelas Tirza.

Ia mengatakan, penyebab osteoporosis adalah otot dan tulang tidak berfungsi dengan baik sehingga menimbulkan stres dan mudah patah.

Selain itu, gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok, minum alkohol, dan kekurangan atau gizi buruk merupakan faktor risiko osteoporosis selain penuaan.

Sifat genetik yang diturunkan dalam keluarga dapat menyebabkan anak terkena osteoporosis sebelum usia 50 tahun, kata Tirsa, dan orang yang menggunakan obat penyakit penyerta dapat menyebabkan patah tulang lebih cepat.

Patah tulang akibat steroid, antidepresan, obat antiepilepsi, kekurangan kalsium dan vitamin D, merokok dan konsumsi alkohol, diabetes, hipertiroidisme, penyakit ginjal, semuanya bisa menyebabkan pengeroposan tulang, ujarnya.

Kadar kalsium dan kepadatan tulang dapat diuji di puskesmas untuk mendeteksi tanda-tanda osteoporosis pada orang dewasa, ujarnya.

Pemeriksaan dapat dilakukan jika melihat kaki panjang di satu sisi, punggung bungkuk, dan pemeriksaan laboratorium kadar kalsium dalam darah.

Untuk itu, Tirza menganjurkan asupan energi, protein, kalsium, pola makan kaya vitamin D, dan olahraga teratur.

Gunakan juga susu penguat tulang jika Anda memiliki kendala seperti kesulitan mengecap dan mengunyah yang sering dihadapi para lansia.

Orang dewasa diharapkan menghindari segala aktivitas yang berisiko terjatuh untuk menghindari pembedahan, dan melakukan rehabilitasi ortopedi.

“Latihan fisik dua kali seminggu, dua jam seminggu latihan keseimbangan 15-20 menit, aerobik 3-5 kali, dan seminggu bisa maksimal 150 menit dengan jumlah sedang,” kata Tirza.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Mengenal Stevie Agnecya, Mantan Istri Samuel Rizal yang Ternyata Sudah Mualaf
Next post IndiHome Pindah, Kinerja Telkom Semringah