6 Cara Hadapi Curhat Penderita Anxiety Disorder, Perhatikan Gejala Fisiknya

Read Time:4 Minute, 27 Second

warriorweeknow, Jakarta – Generalized Anxiety Disorder (GAD) merupakan gangguan jiwa yang menyebabkan rasa cemas berlebihan, berkepanjangan, dan tidak terkendali. Penderita GAD seringkali merasa khawatir atau stres terhadap banyak hal dalam kehidupan sehari-harinya, bahkan tanpa alasan.

Dalam kasus di mana pasien mengkhawatirkan kepercayaan, mereka sering kali mengungkapkan banyak kekhawatiran dan ketakutan, seperti kesulitan tidur, tubuh gemetar, atau kesulitan bernapas. Apa yang harus dilakukan dengan rasa percaya diri Pasien dengan gangguan kecemasan memerlukan pemahaman lebih dalam tentang kondisinya.

Penting untuk mendengarkan dengan penuh empati dan tidak menghakimi serta menawarkan dukungan yang sesuai dengan minat dan kebutuhan mereka. Selain itu, menciptakan komunikasi terbuka dapat membantu membangun kepercayaan dan memfasilitasi komunikasi yang lebih baik antara penderita gangguan kecemasan dan teman-temannya.

Perhatikan juga gejala fisik yang terjadi saat ventilasi pasien mengalami stres, seperti gangguan tidur, tubuh gemetar, atau jantung berdebar. Hal ini dapat membantu menentukan cara yang tepat untuk memberikan dukungan.

Senin (25/3/2024), warriorweeknow mengulik penyelesaian masalah stres di berbagai informasi kesehatan.

Ketika seseorang sedang menghadapi stres atau kecemasan, mereka sering kali membutuhkan seseorang untuk mendengarkan. Dengarkan cerita mereka tanpa menyela, menyela, atau menghakimi. Dengarkan baik-baik apa yang mereka katakan dan tunjukkan bahwa Anda menghargai pendapat mereka.

Misalnya, jika mereka menceritakan kekhawatirannya terhadap suatu situasi, Anda dapat menjawab dengan, “Saya memahami bahwa situasi ini mengganggu Anda. Ceritakan kekhawatiran Anda.” bagaimana caranya.” 2. Tawarkan dukungan

Penting untuk menunjukkan bahwa Anda mendukung mereka dalam menghadapi stres. Beri mereka dukungan moral dan emosional melalui dukungan dan dorongan. Kata-kata seperti “Aku di sini untukmu, kita akan melalui ini bersama-sama” bisa membuat mereka merasa didukung dan tidak sendirian dalam kegelisahannya. 3. Buka formulir komunikasi

Dorong mereka untuk membicarakan perasaan mereka tanpa rasa takut atau malu. Pastikan komunikasi antara Anda dan mereka terbuka dan jujur ​​sehingga mereka merasa nyaman mengungkapkan perasaannya. Tunjukkan bahwa Anda bersedia mendengarkan tanpa menghakimi. Misalnya, Anda mungkin bertanya, “Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu Anda merasa lebih baik?” sebagai upaya membuka ruang diskusi terbuka. 4. Jangan katakan “santai saja” atau “jangan berpikir, jangan khawatir”

Jangan melontarkan komentar yang dapat dianggap tidak sopan atau merendahkan perasaannya. Sebaliknya, tunjukkan pengertian dan pahami kekhawatiran mereka. Jangan biarkan mereka merasa bahwa kekhawatiran mereka dianggap remeh.

Misalnya, Anda dapat mencoba mengungkapkan pemahaman Anda tentang situasi mereka dengan kalimat seperti “Saya mengerti bahwa ini sulit bagi Anda. Ada yang bisa saya bantu?” itu membuat mereka merasakan dan memahami. 5. Bantu mereka menemukan cara untuk mengatasi stres

Dorong mereka untuk mencari bantuan profesional jika diperlukan dan menawarkan nasihat atau bantuan dalam menemukan solusi. Dukung upaya mereka mengatasi kecemasannya dengan menunjukkan bahwa Anda ada untuk mendukung mereka dalam proses tersebut. Misalnya, Anda dapat menyarankan agar mereka mencari bantuan dari psikiater atau terapis dan menawarkan bantuan yang sesuai. 6. Sabar dan gigih

Dalam situasi yang mungkin membuat stres atau menegangkan, penting untuk tetap tenang dan sabar. Jangan menunjukkan stres atau kecemasan karena dapat memperburuk keadaan. Tawarkan dukungan yang konsisten dan memberi semangat sambil menunjukkan bahwa Anda bersama mereka dalam perjalanan mereka melewati kecemasan.

Misalnya, Anda dapat mencoba mengatakan, “Saya di sini untuk Anda, tidak peduli berapa lama waktu yang dibutuhkan,” untuk menunjukkan bahwa Anda mendukung mereka meskipun dalam situasi sulit.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), berikut gejala stres pada tubuh: Sulit tidur: Seseorang yang stres sering kali mengalami kesulitan tidur atau gangguan tidur, seperti insomnia. Mereka mungkin sulit tidur, terbangun di tengah malam, atau merasa tidurnya gelisah. Tubuh gemetar: Tanda fisik lain dari stres adalah tubuh gemetar atau tangan gemetar. Ini biasanya merupakan respons tubuh terhadap stres yang berlebihan, dan gejala ini dapat terjadi secara intermiten atau sebentar-sebentar. Berkeringat berlebihan: Orang yang menderita stres sering kali mengalami keringat berlebih, meskipun situasinya tidak serius. Keringat berlebih ini biasanya terjadi pada tangan, ketiak, atau kaki. Kekakuan otot: Stres dapat menyebabkan kekakuan atau kekakuan otot. Hal ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman atau nyeri pada otot, terutama pada leher, bahu, atau punggung. Palpitasi: Salah satu gejala fisik stres adalah jantung berdebar atau detak jantung yang cepat. Hal ini bisa terjadi tanpa alasan yang jelas dan meningkat ketika orang sedang stres atau stres. Sesak napas: Sesak napas atau sesak napas merupakan gejala fisik lain yang umum terjadi pada penderita gangguan kecemasan. Penyebabnya mungkin karena reaksi tubuh terhadap peningkatan stres atau perasaan sesak napas yang terjadi dalam situasi stres. Kelelahan: Stres kronis dapat menyebabkan kelelahan atau kelelahan kronis. Orang dengan gangguan kecemasan mungkin merasa lelah secara fisik dan mental karena tubuh mereka selalu dalam keadaan siaga tinggi. Sakit perut atau sakit kepala: Orang yang stres mungkin juga mengalami gejala fisik seperti sakit perut atau sakit kepala. Hal ini mungkin disebabkan oleh reaksi tubuh terhadap stres atau kecemasan yang berlebihan. Pusing: Pusing atau pingsan merupakan gejala lain yang dapat terjadi pada penderita gangguan kecemasan. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan tekanan darah atau perubahan tekanan darah yang terjadi sebagai respons terhadap situasi stres. Mulut kering: Orang yang stres mungkin mengalami mulut kering atau rasa haus yang berlebihan. Kondisi tersebut bisa terjadi karena kelenjar ludah menyusut akibat stres yang tinggi. Kesemutan: Kesemutan atau mati rasa di beberapa bagian tubuh bisa menjadi gejala stres. Biasanya ini merupakan respons tubuh terhadap perubahan aliran darah atau aktivitas saraf yang berhubungan dengan tingkat stres yang tinggi.

Gejala fisik ini dapat berbeda-beda pada setiap orang dan seringkali memengaruhi kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi kecemasan dengan tepat, penting untuk mengenali gejala-gejala ini dan mencari bantuan medis jika diperlukan.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Air Putih Hingga Kopi, Ini 6 Minuman Terbaik untuk Turunkan Kadar Gula Darah
Next post Isuzu Gelar Mudik Gratis untuk Pengemudi Kendaraan Komersial